Potret Kehidupan Anak Jalanan
Kisah Mereka tak Seindah Kalian.
BAGI kita, remaja yang memiliki orang tua berkecukupan, tentu kehidupan ini bias dilalui dengan indah. Apalagi yang bisa mengecap nikmatnya bangku sekolah.
Selain bisa mendapatkan pendidikan sebagai bekal masa depan, kita juga bias merasakan romantika remaja di sekolahan. Kata sebagian orang sih, nantinya kenangan yang paling dikenang adalah masa-masa indah di sekolah.
Namun bagaimana mereka yang tidak bisa mengenyam kehidupan yang menyenangkan seperti remaja lain? Padahal di sekeliling kita begitu banyak remaja yang orang tuanya tak mampu, bahkan tidak punya sama sekali. Seperti Sapri misalnya, seorang anak jalanan yang ditemui di dekat masjid Almarkaz Al Islami, belum lama ini. Yap, kehidupan cowok tangguh berusia 16 tahun ini adalah potret sisi lain kehidupan remaja masa kini yang benar-benar berbeda.
Hari-hari Sapri lebih banyak dihabiskan di jalanan. Tak ada waktu untuk ikut meramaikan kegiatan remaja di anjungan Pantai Losari maupun tempat hiburan lainnya. Apalagi untuk shopping di toko-toko distro dan berburu pakaian model terbaru. Sapri juga tak melanjutkan sekolah sehabis tamat SD. Alasan ekonomi katanya.
Karena itu, Sapri pun terjun ke dunia kerja. Waktunya tersita untuk bekerja dan mengumpulkan rupiah. Tak ada euforia berlebihan dan warna-warni kehidupan remaja masa kini di dirinya. Matanya nanar ketika menceritakan itu.
Nah, adakah teman-teman remaja peduli akan kehidupan yang dilakoni Sapri? Ataukah remaja masa kini hanya sibuk dengan tren fashion dan hura-hura di party-party?
Iya juga sih kalau dipikir-pikir. Ternyata ada juga anak muda di luar sana yang tidak seberuntung kita. Ketika kita sedang asyik bercanda ria dengan teman-teman di sekolah, mereka malah sibuk di jalanan mencari uang untuk sekadar makan.
Maka menurut cowok yang tengah giat-giatnya belajar jelang ujian nasional ini, remaja yang lain harusnya lebih peduli. Bolehlah kita having fun, tapi jangan terlalu larut dong. Kalau perlu kita harus ikut memikirkan nasib teman-teman kita yang kurang beruntung itu. Yah, seperti mengadakan bakti sosial lewat OSIS misalnya.
Sudah saatnya remaja mulai ikut berpikir mengenai kehidupan sosial? Karena kita ini masih berusia remaja, yah sepertinya kehidupan anak muda jalanan seperti itulah yang harus kita pikirkan. Cobalah membantu!
Nah kalau begitu, anak-anak jalanan seperti Sapri tanggung jawab siapa dong? Mereka tentu tidak bisa? ditelantarkan? begitu saja. Ya, tampaknya harus ada yang turun tangan nih.
Dan saya salut sama mereka (anak jalanan). Mereka kuat, mereka tegar, mereka sakit, tetapi mereka tak pernah berhenti berusaha untuk tetap hidup. Good luck, tetap berusaha untuk jadi yang lebih baik ;)
"Sudah seharusnya kita bersyukur bisa hidup lebih baik, lebih nyaman dari mereka. Janganlah sombong dengan harta yang kita punya, kita juga harus membantu mereka yang sedang susah dan kita harus perjuangkan anak-anak jalanan menjadi anak-anak yang lebih layak mendapatkan pendidikan"
BAGI kita, remaja yang memiliki orang tua berkecukupan, tentu kehidupan ini bias dilalui dengan indah. Apalagi yang bisa mengecap nikmatnya bangku sekolah.
Selain bisa mendapatkan pendidikan sebagai bekal masa depan, kita juga bias merasakan romantika remaja di sekolahan. Kata sebagian orang sih, nantinya kenangan yang paling dikenang adalah masa-masa indah di sekolah.
Namun bagaimana mereka yang tidak bisa mengenyam kehidupan yang menyenangkan seperti remaja lain? Padahal di sekeliling kita begitu banyak remaja yang orang tuanya tak mampu, bahkan tidak punya sama sekali. Seperti Sapri misalnya, seorang anak jalanan yang ditemui di dekat masjid Almarkaz Al Islami, belum lama ini. Yap, kehidupan cowok tangguh berusia 16 tahun ini adalah potret sisi lain kehidupan remaja masa kini yang benar-benar berbeda.
Hari-hari Sapri lebih banyak dihabiskan di jalanan. Tak ada waktu untuk ikut meramaikan kegiatan remaja di anjungan Pantai Losari maupun tempat hiburan lainnya. Apalagi untuk shopping di toko-toko distro dan berburu pakaian model terbaru. Sapri juga tak melanjutkan sekolah sehabis tamat SD. Alasan ekonomi katanya.
Karena itu, Sapri pun terjun ke dunia kerja. Waktunya tersita untuk bekerja dan mengumpulkan rupiah. Tak ada euforia berlebihan dan warna-warni kehidupan remaja masa kini di dirinya. Matanya nanar ketika menceritakan itu.
Nah, adakah teman-teman remaja peduli akan kehidupan yang dilakoni Sapri? Ataukah remaja masa kini hanya sibuk dengan tren fashion dan hura-hura di party-party?
Iya juga sih kalau dipikir-pikir. Ternyata ada juga anak muda di luar sana yang tidak seberuntung kita. Ketika kita sedang asyik bercanda ria dengan teman-teman di sekolah, mereka malah sibuk di jalanan mencari uang untuk sekadar makan.
Maka menurut cowok yang tengah giat-giatnya belajar jelang ujian nasional ini, remaja yang lain harusnya lebih peduli. Bolehlah kita having fun, tapi jangan terlalu larut dong. Kalau perlu kita harus ikut memikirkan nasib teman-teman kita yang kurang beruntung itu. Yah, seperti mengadakan bakti sosial lewat OSIS misalnya.
Sudah saatnya remaja mulai ikut berpikir mengenai kehidupan sosial? Karena kita ini masih berusia remaja, yah sepertinya kehidupan anak muda jalanan seperti itulah yang harus kita pikirkan. Cobalah membantu!
Nah kalau begitu, anak-anak jalanan seperti Sapri tanggung jawab siapa dong? Mereka tentu tidak bisa? ditelantarkan? begitu saja. Ya, tampaknya harus ada yang turun tangan nih.
Dan saya salut sama mereka (anak jalanan). Mereka kuat, mereka tegar, mereka sakit, tetapi mereka tak pernah berhenti berusaha untuk tetap hidup. Good luck, tetap berusaha untuk jadi yang lebih baik ;)
"Sudah seharusnya kita bersyukur bisa hidup lebih baik, lebih nyaman dari mereka. Janganlah sombong dengan harta yang kita punya, kita juga harus membantu mereka yang sedang susah dan kita harus perjuangkan anak-anak jalanan menjadi anak-anak yang lebih layak mendapatkan pendidikan"
0 komentar:
Posting Komentar