Film "Tanah Surga...Katanya"

Hallo guys, hari ini gua bakal mau ngeposting film "Tanah Surga...Katanya". Mau tau ga kenapa gua ngeposting nih film. Oke gua bakal ceritain semuanya di postingan ini. Jadi gini, kemarin sih beben saudara gua ngajakin nonton bareng bareng sama najla idan nadia yayang, atuh sih beben ngajakinnya mh nonton film 'perahu kertas' yaudah gua sih oke oke aja karna gua emang belom tau film perahu kertas, nah pas hari ini tepat Kamis 23 Agustus 2012 gua pergi ke XXI pas udah sampai sana gua malah akhirnya nonton film "Tanah Surga... Katanya" yaudah kita ber6 nonton semua dengan jadwal jam 15.00 di XXI Bintaro Plaza. Padahal kita ber6 belom tau sama sekali sinopsisnya kaya gimana dan gua sama idan juga beranggapan kalau film ini menjuru tentang agama kali eh ternyata dugaan gua salah-_- ini film tentang nasionalisme kita terhadap negri kita tercinta.

Kembali tentang film TANAH SURGA … KATANYA.

Walau selama ini sudah tahu bagaimana perjuangan saudara-saudara sebangsa setanah air yang tinggal di perbatasan, tetapi tetap saja merinding saya selama film berlangsung. Bayangkan saja, anak-anak sekolah yang tidak mengenal lagu kebangsaan kita INDONESIA RAYA? Lalu, bagaimana mereka lebih ‘percaya’ pada uang Ringgit ketimbang rupiah? Mereka merasa negeri jiran jauh lebih ramah pada mereka.
Ngilu rasanya ketika melihat perbatasan, yang ke Malaysia jalannya diaspal, tapi yang ke Indonesia sebaliknya. Malah untuk bisa sampai ke kampung penduduk harus melewati hutan dan menyusuri sungai. Sepanjang menonton saya pun berpikir, apa sih yang bisa saya lakukan dari sini? Hanya berdoa, sepertinya. Berdoa agar pemerintah negeri ini tak lagi sibuk memperkaya diri sendiri. Jangan nanti ketika tak lagi mampu mempertahankan negeri kepulauan ini, barulah disulut-sulut lagi aura nasionalisme setiap orang.
Tak kepalang sedih ketika melihat bendera merah putih dijadikan tatakan jualan di negeri jiran. Dan oleh Salman, sang pemeran utama, dengan uang hasil jerih payahnya, yang baru saja dia belikan kain sarung untuk mengganti kain sarung kakek Hasyim yang sudah sobek, lalu ditukarkannya satu dari dua sarung yang dibelinya dengan bendera merah putih agar orang itu tak lagi menggunakan bendera itu sebagai tatakan. Adegan itu tampak begitu nyata.
Dan saya pun mungkin akan berlaku sama dengan Haris, ayah Salman, yang memilih mengais rejeki di negeri jiran ketimbang terus hidup dalam kemiskinan dan keterbatasan di negeri sendiri. Tak ada guna bicara tentang nasionalisme ketika perut sendiri keroncongan bukan? Ketika masa depan anak sendiri menjadi tak jelas?
Apapun yang terjadi

Jangan sampai kehilangan cinta pada negeri ini!

Itu adalah kalimat penutup yang sempat saya baca ketika film usai. Makjleb! Dan kalimat itu menjadi perenungan sendiri sepanjang perjalanan pulang. Sungguh sangat tak yakin, bisa mempertahankan cinta pada negeri ini jika ada kesempatan untuk berpaling dan mensejahterakan diri dan keluarga. Sangat tak yakin!
Seperti tak yakinnya saya bisa seperti dr. Anwar yang karena tak sanggup bersaing dengan dokter-dokter di kota, sampai mau praktek di pedalaman. Ah, sepatutnya saya acungi jempol deh semua dokter atau pun pelayan masyarakat yang rela berjibaku dengan segala keterbatasan untuk mengabdi pada masyarakat di pedalaman. Membayangkannya saja, saya tak sanggup.
Yeah, Indonesia adalah TANAH SURGA … KATANYA tapi pada kenyataannya, Indonesia hanyalah surga bagi segelintir orang. Dan tanah surga itu cuma ada di lagu KOLAM SUSU yang di film ini justru jadi lagu favorit anak-anak yang tinggal dan sekolah di perbatasan. Berharap sih, para petinggi itu mau meluangkan sedikit waktunya menonton film ini. Dan jauh lebih baik menonton film ini bersama-sama ketimbang nonton film apa itu tempo hari? Ayat-ayat cinta bukan? Ah, lupa saya :(
Kira-kira, mungkin gak ya satu hari nanti, Indonesia benar-benar menawarkan surga bagi rakyatnya?


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar